Wednesday, November 13, 2013

PENGOLAHAN LIMBAH PERAK

TINJAUAN PUSTAKA
Perak(Ag)
Dalam sistem periodik unsur, perak terletak pada golongan IB dan periode 5. Unsur tersebut bernomor atom 47 dan memiliki massa atom 107.870 g/mol termasuk logam yang berkarakter fisik keras dan unik di antara logam-logam lainnya. Perak memiliki titik leleh 961.93 ˚C dan titik didih 2212 ˚C. Perak berada dalam keadaan terikat sebagai Ag2
S (argentit), AgCl, dan dalam bijih tembaga-nikel. Unsur bersifat logam transisi ini berwarna putih mengkilap, dapat ditempa, sedikit lebih keras dari emas, konduktivitasnya paling tinggi diantara semua logam, tahan terhadap udara murni dan air, tetapi tidak tahan terhadap udara yang mengandung belerang (timbul bercak hitam, menjadi kusam), dan kurang reaktif dibandingkan dengan tembaga. Sifat-sifat fisik dan kimia tersebut menjadikan perak mudah diolah (Gambar 1a), dan dibuat menjadi produk komersil (Gambar1b).
(a) (b)
Gambar 1 Perak kristal (a) dan hiasan kerudung (b)
(http://www.collection of Quanesha.com)


Teknik Radiografi Abdomen Posisi Lateral


A.    Teknik Radiografi Abdomen Posisi Lateral dengan Persiapan
1.      Indikasi Pemeriksaan
a.       Adanya massa di dalam abdomen.
b.      Kalsifikasi atau batu pada Traktus Urinarius. Misalnya, Nephrolithiasis, Urolithiasis, Vesicolithiasis)
2.      Persiapan Alat dan Bahan
a.       Pesawat Rontgen
b.      Kaset Radiografi ukuran 30 x 40 cm
c.       Film Radiografi ukuran 30 x 40 cm
d.      Grid lysolm ukuran 30 x 40 cm
e.       Alat fiksasi berupa sponge, sterofom, atau bantal tipis
f.       Marker R/L

Kamera Gamma


Sebuah kamera gamma, juga disebut kamera sintilasi atau kamera Kemarahan, adalah alat yang digunakan untuk memancarkan radiasi radioisotop gambar gamma, teknik yang dikenal sebagai skintigrafi. Aplikasi skintigrafi termasuk pengembangan obat awal dan pencitraan medis nuklir untuk melihat dan menganalisis gambar tubuh manusia atau distribusi medis disuntikkan, dihirup, atau ditelan radionuklida memancarkan sinar gamma

Konstruksi
Sebuah kamera gamma terdiri dari satu atau lebih bidang kristal datar (atau detektor) optik digabungkan ke array tabung photomultiplier, perakitan dikenal sebagai "kepala", terpasang pada gantry. Para gantry terhubung ke sistem komputer yang baik mengontrol operasi dari kamera serta akuisisi dan penyimpanan gambar yang diperoleh.
Sistem ini terakumulasi peristiwa, atau jumlah, dari gamma foton yang diserap oleh kristal di dalam kamera. Biasanya kristal datar besar natrium iodida dengan doping talium dalam perumahan cahaya disegel digunakan. Metode penangkapan yang sangat efisien dari kombinasi ini untuk mendeteksi sinar gamma ditemukan oleh fisikawan mencatat Robert Hofstadter pada tahun 1948.
Kristal scintillates dalam menanggapi insiden radiasi gamma. Ketika sebuah foton gamma meninggalkan pasien (yang telah disuntik dengan farmasi radioaktif ), itu mengetuk elektron lepas dari atom yodium dalam kristal, dan flash samar cahaya dihasilkan ketika elektron dislokasi lagi menemukan keadaan energi minimal. Fenomena awal dari elektron gembira mirip dengan efek fotolistrik dan (terutama dengan sinar gamma) pada efek Compton. Setelah kilatan cahaya yang dihasilkan, telah terdeteksi. photomultiplier tabung (PMTS) di belakang kristal mendeteksi lampu neon (peristiwa) dan komputer menyimpulkan penghitungan. Komputer merekonstruksi dan menampilkan gambar dua dimensi dari kepadatan jumlah relatif spasial pada monitor. Ini gambar direkonstruksi mencerminkan distribusi dan konsentrasi relatif dari elemen perunut radioaktif hadir dalam organ dan jaringan dicitrakan.

Pengolahan sinyal
Hal Kemarahan mengembangkan kamera gamma pertama di 1957. Desain aslinya, sering disebut kamera Anger, masih banyak digunakan saat ini. Kamera Kemarahan menggunakan set tabung vakum photomultipliers (PMT). Umumnya setiap tabung memiliki wajah yang terbuka dari sekitar 7,6 cm dan diameter tabung tersebut diatur dalam konfigurasi segi enam, di belakang kristal menyerap. Rangkaian elektronik yang menghubungkan photodetectors adalah kabel sehingga mencerminkan kebetulan relatif fluoresensi cahaya sebagai dirasakan oleh anggota dari array detektor segi enam. Semua PMTS secara bersamaan mendeteksi flash (dugaan) cahaya yang sama untuk berbagai tingkat, tergantung pada posisi mereka dari aktivitas tertentu yang sebenarnya. Dengan demikian lokasi spasial dari setiap flash tunggal fluoresensi tercermin sebagai pola tegangan dalam array sirkuit interkoneksi.
Lokasi interaksi antara sinar gamma dan kristal dapat ditentukan dengan mengolah sinyal tegangan dari photomultipliers; dalam hal sederhana, lokasi dapat ditemukan dengan bobot posisi setiap tabung photomultiplier oleh kekuatan sinyal, dan kemudian menghitung posisi rata-rata dari posisi tertimbang. Jumlah total tegangan dari photomultiplier setiap sebanding dengan energi dari interaksi sinar gamma, sehingga memungkinkan diskriminasi antara isotop yang berbeda atau antara foton tersebar dan langsung.
Tata Ruang resolusi
Untuk memperoleh informasi spasial tentang gamma emisi dari subjek pencitraan (misalnya jantung sel otot seseorang yang telah menyerap sebuah disuntikkan intravena radioaktif, biasanya talium-201 atau teknesium-99m , agen pencitraan obat) metode korelasi foton terdeteksi dengan titik asal mereka diperlukan.
Metode konvensional adalah menempatkan sebuah kolimator atas array kristal / PMT deteksi. Kolimator ini terdiri dari lembaran tebal timbal , biasanya 1-3 inci tebal, dengan ribuan lubang yang berdekatan melalui itu. Lubang-lubang individu membatasi foton yang dapat dideteksi oleh kristal untuk kerucut; titik kerucut adalah pusat garis tengah dari setiap lubang diberikan dan memanjang dari permukaan kolimator luar. Namun, kolimator adalah juga salah satu sumber kabur dalam gambar; memimpin tidak benar-benar menipis foton gamma, akan ada beberapa crosstalk antara lubang.
Tidak seperti lensa, seperti yang digunakan di kamera cahaya tampak, kolimator yang melemahkan sebagian besar (> 99%) dari foton dan dengan demikian sangat membatasi sensitivitas dari sistem kamera. Sejumlah besar radiasi harus hadir sehingga memberikan eksposur yang cukup untuk sistem kamera untuk mendeteksi titik-titik kilau cukup untuk membentuk sebuah gambar.
Metode lain lokalisasi gambar ( lubang jarum , memutar kolimator slat dengan CZT (Gagnon & Matthews) dan lain-lain) telah diusulkan dan diuji, namun tak ada satupun yang masuk penggunaan klinis luas rutin.
Desain kamera terbaik saat ini sistem dapat membedakan dua sumber titik yang terpisah dari foton gamma berada minimal 1,8 cm, pada 5 cm dari muka kamera. Resolusi spasial menurun dengan cepat pada jarak meningkat dari muka kamera. Hal ini membatasi akurasi spasial dari gambar komputer: ini adalah gambar kabur terdiri dari titik-titik banyak kilau terdeteksi tetapi tidak persis berada. Ini adalah keterbatasan utama untuk sistem pencitraan otot jantung; otot jantung tebal normal pada ventrikel kiri adalah sekitar 1,2 cm dan sebagian besar otot ventrikel kiri adalah sekitar 0,8 cm, selalu bergerak dan sebagian besar itu melebihi 5 cm dari muka kolimator. Untuk membantu memberikan kompensasi, sistem pencitraan yang lebih baik membatasi kilau menghitung sampai sebagian dari siklus kontraksi jantung, yang disebut gating, namun hal ini lebih lanjut batas sensitivitas sistem.
Beberapa teknik pencitraan menggunakan kamera gamma
Skintigrafi ("scint") adalah penggunaan kamera gamma untuk menangkap radiasi yang dipancarkan dari radioisotop internal untuk membuat dua dimensi gambar.
SPECT (emisi foton tunggal computed tomography) imaging, seperti yang digunakan dalam nuklir stress testing jantung , dilakukan dengan menggunakan kamera gamma, biasanya satu, dua atau tiga detektor atau kepala, secara perlahan diputar di sekitar batang tubuh pasien.
Multi-berkepala kamera gamma juga dapat digunakan untuk Positron emission tomography scanning, asalkan perangkat keras dan perangkat lunak dapat dikonfigurasi untuk mendeteksi 'kebetulan' (dekat peristiwa simultan pada 2 kepala yang berbeda). Gamma PET kamera nyata kalah dengan pencitraan PET dengan tujuan yang dirancang pemindai PET, sebagai kristal sintilator memiliki sensitivitas miskin untuk foton energi tinggi pemusnahan, dan daerah detektor secara signifikan lebih kecil. Namun, mengingat biaya rendah dari kamera gamma dan fleksibilitas tambahan dibandingkan dengan scanner PET khusus, teknik ini berguna di mana implikasi biaya dan sumber daya dari scanner PET tidak dapat dibenarkan.


RADIOFOTOGRAFI

RADIOFOTOGRAFI


Pengembangan film (rdiag05a)
Emulsi film berisi kristal halida AgBr (95%) dan AgI (5%). Defek kisi kristal diakibatkan oleh kehadiran AgS, yang akan berfungsi sebagai sensitivity speck.Ion Ag+ terakumulasi di dalam kristal, namun ion Ag+ yang berasal dari defek kristal akan berada pada permukaan kristal.

Citra latent
Elektron dalam perak halida yang tidak terikat erat dapat menyerap energi foton datang, dan bergerak sebagai elektron bebas dalam emulsi. Elektron bebas ini dapat bertemu dengan Ag+  membentuk Ag netral.
Br+ hυ→Br + e-
Ag+ + e- → Ag
Pembentukan dua atom Ag kompleks mempunyai stabilitas termal lebih tinggi dibanding dengan atom Ag tunggal. Dua atom Ag yang terbentuk disebut fase nukleasi pembentukan citra latent. Fase nukleasi akan menarik elektron dan Ag-sehingga terjadi fase pertumbuhan citra latent.
Dalam pengembangan, perak halida yang terkena radiasi merupakan katalisator reaksi, yang akan mereduksi ion Ag-dalam grain menjadi Ag.


Film Procesor
Film procesor otomatik harus memberikan hasil yang konstan, dari satu film ke film berikutnya, dan dari hari ke hari. Reaksi kimia pada umumnya tergantung pada suhu dan konsentrasi zat kimia. Oleh karenanya procesor mengontrol keduanya. Suhu yang cocok untuk pengembangan film sekitar 35 °C (95 °F). Setiap film dengan panjang 35 cm masuk, sekitar 65 ml developer dan 100 ml fixer dipompakan kedalam bak/tangki procesor. Selain itu procesor juga mengatur kecepatan gerakan film dalam bak/tangki. Waktu yang dibutuhkan oleh film dalam setiap bak/tangki diatur oleh panjang lintasan film dalam bak masing-masing, yang ditentukan oleh kedalaman bak/tangki dan laju gerakan film.



Proses pengembangan cepat
Proses pengembangan film di radiologi umumnya sekitar 90 sekon, namun di tempat lain misalnya untuk bagian darurat memerlukan waktu yang lebih pendek. Roller penggerak film dalam prosesor dapat dipercepat, sehingga waktu pengembangan dapat mencapai 45 sekon. Untuk perubahan waktu, diperlukan peningkatan konsentrasi dan/atau suhu larutan pengembang.Biasanga untuk meningkatkan waktu pengembangan menjadi 45 sekon, suhu dinaikkan sampai sekitar 38°.
Kamera laser
Kamera laser digunakan digunakan dalam sistem pencitraan digital, seperti CT dan MRI. Film yang dipakai dengan kamera laser mempunyai grain emulsi dalam bentuk kubus, yang tidak sama dengan film-screen yang mempunyai grain emulsi dalam bentuk tabular. Komputer mengontrol posisi dan intensitas berkas laser selama scanning permukaan film. Cahaya laser membentuk citra latent pada film seperti yang dibentuk oleh intensifying screen dalam kaset. Beberapa kamera laser langsung dihubungkan secara otomatis dengan prosesing unit. Ada lagi kamera laser yang dapat ekspos film, dan kemudian mengeluarkan film dalam keadaan tertutup rapat bebas cahaya, yang selanjutnya dapat dikembangkan dalam suatu prosesor.
Proses kering
Procesor kering, seperti kamera laser dipakai untuk produksi citra pada modalitas digital, seperti USG, radiografi digital, CT, dan MRI. Biaya pembuatan citra pada film dengan proses kering lebih tinggi dibanding dengan film basah.
Ada beberapa teknologi proses kering, yang tergantung pada manufaktur. Salah satunya menggunakan karbon sebagai pengganti grain perak halida. Teknik bukan fotografik tetapi adherografi. Film berisi imaging layer dan a laser-sensitive adhesive layer, yang disandwich diantara dua lembar polyester. Imaging layer merupakan matriks partikel karbon dan polimer. Pada saat laser scan/menyapu film, cahaya laser difokuskan pada lapisan adesif yang sensitif sinar laser. Sensitisasi termal laser mengakibatkan terjadinya adhesi lapisan karbon pada dasar film polyester. Setelah eksposi laser, kedua lapisan polyester luar terpisah, membentuk citra negatif dan positif. Citra positif kemudian dilindungi dengan lapisan proteksi yang selanjutnya menjadi citra pada film, dan lapisan negatif dibuang.
Procesor kering lain menggunakan kristal perak halida, yang penyapuan sinar laser akan memberi energi termal, yang akan mengembangkan kristal perak halida. Kristal perak halida yang tidak dikembangkan akan tetap pada lapisan film, yang selanjutnya dengan pemanasan (disimpan dalam gudang dengan suhu tinggi) dapat membuat masalah/mengganggu dalam stabilitas citra.

Fisika radiasi

Materi Fisika Radiasi

SINAR X

DEFINISI dan SEJARAH
Sinar X adalah salah satu radiasi gelombang elektromagnetik buatan yang memiliki panjang gelombang sangat pendek 10-7m s/d 10–9 m sehingga memiliki daya tembus yang tinggi terhadap material yang dilaluinya.
Radiasi dibagi menjadi 2 jenis :
1. Radiasi Pengion
2. Radiasi Non Pengion
• Pada tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-1923), seorang profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu kertas hitam agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. Lalu ia membuat ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan sampai lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya adalah radiasi yang belum diketahui.
Tahun 1895 itu Roentgen melakukan penelitian sinar-X untuk mengetahui sifat-sifatnya. Berikut ini adalah sifat-sifat sinar-X:
• Sinar-X dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar katoda.
• Intensitas cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara titik terjadinya sinar-X dengan pelat fotoluminesensi. Meskipun pelat dijauhkan sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
• Sinar-X dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya terserap oleh timbal setebal 1,5 mm.
• Pelat fotografi sensitif terhadap sinar-X.
• Ketika tangan terpapari sinar-X di atas pelat fotografi, maka akan tergambar foto tulang tersebut pada pelat fotografi. Skema peralatan ditampilkan pada Gambar 2. Foto tulang tangan yang diambil pada saat itu ditampilkan pada Gambar 3.
• Lintasan sinar-X tidak dibelokkan oleh medan magnet (daya tembus dan lintasan yang tidak terbelokkan oleh medan magnet merupakan sifat yang membuat sinar-X berbeda dengan sinar katoda).
SPEKTRUM GELOMBANG

SIFAT SIFAT SINAR X

1. Daya tembus
Sinar X dapat menembus bahan atau massa yang padat
2. Penyebaran
Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder(radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui
3. 
Penyerapan ( Absorbtion )
Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut.
4. Fluoresensi
Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi).
5. Ionisasi
Sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut
6. Efek Biologi
Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi
7. Fotografi
Sinar X dapat menghitamkan film
PROSES PEMBANGKITAN SINAR X
Syarat syarat terjadinya sinar X :
• Adanya emisi elektron yang didapat dari pemanasan filament
• Beda potensial yang tinggi.
• Focusing Cup,untuk mengarahkan arah laju elektron
• Ada target, material khusus untuk tumbukan elektron
• Lintasan elektron Hampa Udara
Penjelasan Singkat
• Filament pada katoda dipanaskan sehingga terbentuk emisi elektron.Saat tegangan tinggi di alirkan pada kutub anoda dan katoda,maka elektron akan bergerak ke arah anoda dan menumbuk target.Hasil tumbukan ini mengakibatkan terjadinya beberapa reaksi sehingga 99% energi dikonversi menjadi panas dan 1% menjadi sinar X.
• Laju elektron diarahkan dengan focusing cup
• Lintasan elektron harus hampa udara
1. Pemanasan Filament
Pemanasan filament akan menghasilkan emisi elektron.Arus pemanasan filament (Ih) biasanya berkisar 2A – 9A
2. Tegangan Tinggi (KV)
Tegangan tinggi pada anoda (+) dan katoda (-) berkisar antara 40KV-150 KV.Tegangan ini berfungsi untuk menarik elktron dari katoda ke anoda.
3. Rotary anoda
Saat elektron akan menumbuk target pada anoda, anoda berotasi untuk memberikan spot / titik tumbuk yang merata.
4.Tabung sinar X harus hampa udara,agar elektron bisa melintas dari katoda menuju anoda
5. Karena 99% energi hasil tumbukan elektron diubah menjadi panas,maka tabung X Ray dilapisi dengan gelas envelope dan oli pendingin untuk sirkulasi panas dan isolasi terhadap tegangan tinggi yang ada pada anoda dan katoda.
Interaksi Materi
Saat elektron bertumbukan dengan material khusus pada target,akan terjadi proses yang menghasilkan radiasi:
1. Proses eksitasi
2. Proses Bremstrahlung
Proses Eksitasi
• Proses eksitasi adalah proses berpindahnya elektron ke kulit yang lebih luar, proses ini akan diikuti oleh proses de-eksitasi yaitu berpindahnya elektron dari kulit yang lebih luar mengisi posisi kosong yang ditinggalkan elektron tersebut.
• Pada proses de-ekitasi ini akan diikuti dengan memancarkan radiasi sinar-x karakteristik
Proses Bremsstrahlung
• Apabila elektron yang bergerak mengenai suatu atom,maka secara tiba2 laju elektron diperlambat secara drastis oleh atom tersebut sehingga mengubah arah lajunya.Saat proses perlambatan ini,elektron melepaskan energi berupa sinar X Bremstrahlung
• Makin besar nomor atom bahan penyerap akan menghasilkan fraksi sinar-x bremsstrahlung yang lebih besar
PARAMETER UTAMA DALAM PROSES PEMBANGKITAN X RAY
Tegangan Tabung (kV)
• Mempercepat elektron menuju katoda.
• Semakin tinggi tegangan yang diberikan akan semakin tinggi daya tembus sinar-x terhadap objek.
Arus Tabung
• Filamen (katoda) adalah sebagai sumber emisi elektron yang dipengaruhi oleh besarnya arus filamen (Ih) yang diberikan, makin tinggi arus maka jumlah elektron akan semakin banyak pula.
• Intensitas sinar-x yang dihasilkan akan berbanding lurus dengan jumlah elektron yang menumbur target per detik.
• Intensitas sinar-x yang dihasilkan berbanding lurus dengan besarnya arus tabung (mA)
Material Target (anoda)
• Material pembentuk target (anoda) akan sangat mempengaruhi jumlah sinar-x per unit yang dihasilkan
• Material juga akan mepengaruhi sinar-x type mana yang akan dihasilkan (karakteristik atau bremsstrahlung)
1.5  TEORI  KWANTUM RADIASI
Hukum klasik menyatakan besarnya tenaga radiasi sebagai fungsi dari pada frekwensi dan suhu mutlaknya.
Besarnya tenaga radiasi persatuan frekwensi persatuan volume didalam medan radiasi telah dihitung oleh Rayleigh – Jeans (1900)  , dan  untuk frekwensi tinggi oleh Wien ( 1896 ). Kedua hukum ini menunujukkan adanya sifat diskontinu dari tenaga radiasi untuk frekwensi menengah, dimana besarnya tenaga menjadi tak hingga . Dilemma ini dipecahkan oleh Max Planck ( 1901 ) dengan menurunkan suatu rumus interpolasi terhadap hukum Rayleigh-Jeans dan Wien.
Menurut Max Planck didalam penyerapan maupun dalam pancaran radiasi oleh benda hitam , jumlah tenaga selalu bersifat diskrit dan harganya selalu merupakan kelipatan bulat dari kwanta tenaga tertentu.Kwanta-kwanta tenaga tersebut tergantung pada frekwensi radiasi dan besarnya dinyatakan dengan :
                                                              E  =  h f
Dimana : h = 6,625 x 10 -34 joule.sekon = 6,625 x 10 –27 erg.sekon
Dengan gagasan Planck ini , mulailah terjadi perubahan pola pikir dalam fisika dengan berpedoman pada sifat kwantisasi dari tenaga, dan dari hubungan panjang gelombang l(lamda) , frekwensi ( f ) dan kecepatan rambat gelombang c , sehingga rumus dapat ditulis menjadi :
h c
                                                                           E  =                      ---------
    /\
dengan memasukkan harga-harga :   h  = 6,625 x 10 –27 erg.sekon
                                                            c = 3 x 1010 cm/sekon,
maka tenaga kwanta dalam erg adalah :
                                                           6,625 x 10 –27  x   3 . 1010     erg.cm
                                                         E ( erg ) = ----------------------------------------------
l                                                                                                                                                                     ( cm )

                                                                  1,99  x 10-16
                                                       =    -----------------------   erg
                                                                           l
misalnya sinar gamma dengan l = 10-10 cm , akan memiliki tenaga dalam setiap kwanta sebesar 1,99 x 10-6 erg.
Dalam teori  atom , satuan tenaga dinyatakan dengan elektronvolt yang disingkat dengan ev.
Satu elektronvolt didefenisikan sebagai besarnya tenaga yang dimiliki oleh sebuah benda yang muatannya sebesar muatan elektron , jika kepadanya diberikan tegangan listrik sebesar 1 volt.
1 ev = 1,6 x 10-19 Joule = 1,6 x 10-12 erg.
Dengan ini rumus E (tenaga ) menjadi :
                                                                    1,99 x 10-16                 1,24 x 10-4
                                                     E ( ev ) = -------------------  =     ------------------
                                                                     1,6  x 10-12  l                       l( cm)
Bila tenaga dinyatakan dalam  Mega-elektronvolt ( Mev ) dan panjang gelombang dalam nanometer, dimana 
                        1 Mev =  10 ev
                         1 nm   = 10-9 m = 10 –7 cm
maka akan kita dapatkan rumus :
                                                               1240
                                                  E  =  -----------   x  10 –6
                                                               l( nm)
Didalam perkembangannya , teori kwantum radiasi dari Planck mendapat  kesulitan dalam menerangkan beberapa peristiwa , yaitu :
a.       Pancaran sinar x  :
Sinar ini sebagai suatu radiasi dapat mengionisasi atom-atom atau molekul-molekul      gas yang dilaluinya , yang berarti sinar x  dapat melepaskan elektron dari atomnya.
b.      Efek foto listrik :
Suatu berkas sinar yang jatuh pada sebuah permukaan logam dapat mengeluarkan elektron-elektron dari permukaan logam . Disini terlihat bahwa gelombang radiasi sinar x dapat mempunyai interaksi dengan materi.
c.       Efek Compton
Peristiwa ini menunjukkan adanya interaksi sinar x dengan inti atom ringan , dimana sebuah berkas sinar –x  yang menumbuk sebuah inti atom didalam rambatannya akan terhambur dengan mengalami perubahan panjang gelombang.
Disini Comptom memandangnya sebagai suatu peristiwa tumbukan elastis antara dua benda yang mempunyai massa sama , yaitu sebesar massa dari inti atom yang ditumbuk oleh sinar.x  Dengan menggunakan hukum kekekalan  momentum dan hukum kekekalan tenaga untuk peristiwa ini , Compton dapat menghitung besarnya perubahan panjang gelombang yang dialami oleh sinar x tersebut , 


                       h
l  - l  = ----------- ( 1 – cos j)
                                         m0 c
Pada tahun 1905  Albert Einstein mengatasi kesulitan  untuk menerangkan peristiwa-peristiwa diatas berdasarkan efek foto listrik. Tenaga radiasi mempunyai sifat terkwantisasi dalam penyerapan , pemancaran dan juga dalam perambatannya.

MRI

Pergerakkan atom-atom dapat dianalogikan dengan pergerakkan gasing. Saat gasing diputar dengan kecepatan yang tinggi, maka gasing tersebut tidak akan jatuh, karena gerak rotasinya akan tetap menjaga pada setiap sisinya.
Deskripsi gerak gasing adalah sbb ,Sumbu rotasinya bergerak menyerupai kerucut terhadap arah gravitasi.Pergerakkan ini disebut precession. 
Gerak precession ini merupakan hasil interaksi antara momentum sudut yang dihasilkan oleh massa yang berputar dan gaya akibat gaya gravitasi bumi. Sama halnya dengan apa yang terjadi dengan nukleus, dimana nukleus yang mempunyai momentum sudut intrinsik (seperti Hidrogen) ditempatkan pada medan magnet eksternal, sehingga nukleus tersebut tidak hanya berputar pada sumbunya saja, tetapi juga melakukan gerak precession karena medan magnetnya.
Sedangkan pergerakan dari spin magnet adalah sbb :
Spin yang berada di dalam medan magnet akan bergerak menyerupai kerucut terhadap arah medan penyebabnya. Gerakan ini disebut spin preccesion. 
Kecepatan atau karakteristik (frekuensi) gerak putaran terhadap arah medan tersebut merupakan hal yang paling penting di dalam MR. Hal tersebut sangat bergantung pada :
- Jenis nukleus
- Kekuatan medan magnet yang diberikan
Makin kuat medan magnetnya, maka perputarannya akan semakin cepat juga. Frekuensi precession disebut juga dengan frekuensi Larmor.
Jika membahas mengenai frekuensi, maka sama saja seperti membicarakan jumlah rotasi dari satu periode gerakan.
Misalnya 3000 rpm merupakan sebuah frekuensi juga, yang berarti 50 putaran per detik. Satuan dari "putaran per detik" adalah Hertz, sehingga 3000 rpm = 50 Hz.
Frekuensi Larmor ω akan membesar secara proporsional dengan medan magnet β. Persamaannya adalah sbb :
dimana ω = frekuensi precession
γ = rasio gyromagnetic dari nukleus
β = besar medan magnet
Persamaan Larmor tersebut menunjukkan bahwa frekuensi precession dari proton sangat bergantung pada kekuatan medan magnet.
Berikut ini adalah daftar frekuensi resonansi (frekuensi Larmor = frekuensi precession) dari beberapa nukleus :
Nukleus Simbol Frekuensi per Tesla
Hydrogen H 42.6 MHz/T
Fluorine F 40.1 MHz/T
Phosphorus P 17.2 MHz/T
Sodium Na 11.3 MHz/T
Carbon C 10.7 MHz/T
Untuk sistem MR, spin akan melakukan gerak precession pada frekuensi radio, yang berarti spin akan berosilasi sebanyak beberapa juta kali per detik.
Pada 1,0 T, frekuensi Larmor dari proton Hidrogen kira-kira sebesar 42 MHz dan pada 1,5 T akan mencapai ± 63 MHz. Frekuensi osilasi dalam orde MegaHertz ini termasuk dalam gelombang radio (AM atau FM).
Semua spin akan bergerak dengan frekuensi yang sama pada arah medan magnet, di dalam orientasi yang masih acak.
Jika spin memiliki frekuensi yang sama, maka akan berorientasi fasa dan selama itu juga, komponen transversalnya terhadap medan magnet (paralel pada bidang x-y) akan saling meniadakan. Oleh karena itu, magnetisasi konstan M akan berada di sepanjang sumbu z saja.
Salah satu cara untuk mengubah distribusi atom (baik spin atas maupun bawah), fasanya, dan juga arahnya adalah dengan memberikan gelombang magnetik, dimana gelombang radio yang digunakan adalah sinyal RF. 
Sinyal RF akan mengganggu keadaan spin jika frekuensinya sama. Dengan kata lain, sinyal RF tersebut harus beresonansi dengan gerakan spin. Arti resonansi itu sendiri adalah frekuensi dari sinyal RF harus sama dengan frekuensi Larmor dari spin (beresonansi).
ANALOGI GARPU TALA
Peristiwa kesamaan frekuensi RF dengan frekuensi Larmor dari spin (disebut sebagai keadaan resonansi), dapat dijelaskan dengan analogi garpu tala sbb :
Saat suatu grapu tala digetarkan, maka akan mulai berosilasi dan menghasilkan bunyi tertentu (gelombang akustik). Jika ada garpu tala kedua yang digetarkan dengan frekuensi yang sama, maka osilasinya merupakan respon dari gelombang akustik yang dikirimkan dari garpu tala pertama. Pada saat ini, kedua garpu tala tersebut dinyatakan dalam keadaan resonansi.
ANALOGI KERANJANG BERPUTAR
Apa yang sebenarnya terjadi dengan magnetic resonance dapat dijelaskan dengan suatu analogi keranjang berputar, dimana orang berperan sebagai sinyal RF yang harus berada dalam keadaan resonansi dengan spin yang berputar (keranjang).
Jika ada seseorang yang diharuskan untuk menaruh batu pada dua buah keranjang yang berputar (seperti pada gambar), dan ia hanya menaruh batu pada saat salah satu keranjang berada tepat di depannya (orang tersebut diam), maka cara ini akan memakan waktu yang lama.
Cara yang paling efektif adalah dengan ikut berlari di sepanjang keliling putaran keranjang tersebut dan menaruh batu tersebut pada keranjang-keranjang tersebut (dengan kecepatan yang sama, beriringan dengan keranjang). Dengan cara ini, maka ia dapat menaruh batu sebanyak-banyaknya ke dalam keranjang itu.
Dengan berlari seperti itu, maka orang tersebut dikatakan "diam" relatif terhadap keranjang dan kecepatan orang = kecepatan keranjang.
Sinyal-sinyal dan Sudut Flip Angle
Semakin besar energi yang berikan oleh sinyal RF, maka simpangan magnetisasinya akan semakin besar juga. Sudut simpangan akhir ini disebut dengan FLIP ANGLE (dinotasikan dengan α).
Sinyal fasa 180o
Sinyal fasa 180o akan menyebabkan magnetisasi pada arah yang berlawanan dengan sumbu z. Sedangkan sinyal fasa 90o akan menyebabkan magnetisasi pada arah yang tepat dengan bidang x-y.
Setelah diberikan sinyal fasa 180o
Sinyal fasa 180o akan menyebabkan magnetisasi dengan arah yang berlawanan dengan sumbu z. Pada keadaan ini, spin berada pada keadaan yang tidak stabil, sehingga spin tersebut akan kembali pada keadaan setimbangnya lagi. Karena magnetisasi akibat sinyal fasa 180o ini memiliki orientasi vertikal (sumbu z), maka sinyal fasa 180o menyebabkan magnetisasi longitudinal. 
Sebelum diberikan sinyal fasa 180o
Sinyal fasa 90(derajat) akan menyebabkan magnetisasi pada arah transversal, bidang x-y. Selama masih ada sinyal RF, maka ada dua jenis medan yang akan berpengaruh, yaitu : medan statis dan medan RF yang berputar (untuk selang waktu yang pendek).
Cara Memperoleh Sinyal MR
Sama halnya dengan notasi vektor, dimana magnetisasi juga memiliki dua buah komponen yang saling tegak lurus satu sama lain, yaitu :
MAGNETISASI LONGITUDINAL Mz yang merupakan vektor dengan arah sumbu z (sepanjang medan magnet eksternal) dan MAGNETISASI TRANSVERSAL Mxy yang merupakan komponen yang berotasi di sekitar medan (pada bidang x-y). Magnetisasi transversal merupakan jumlah dari vektor spin yang berotasi pada bidang x-y, yang menyamai frekuensi Larmor.
FID
Magnetisasi transversal berperan sebagai magnet yang berotasi, sehingga dapat memasukkan coil ke dalamnya dan menginduksikan tegangan. Sinyal itulah yang disebut dengan sinyal MR. Semakin kuat magnetisasi transversalnya, maka semakin kuat sinyal MRnya, tetapi akan menghilang dengan cepat juga.
Oleh karena itu, pada akhir dari sinyal RF ini, sinyal MR tersebut disebut dengan Free Induction Decay (FID).
Tentang Relaksasi Spin dan Echo
Magnetisasi longitudinal akan menjadi nol setelah sinyal 90o dan berotasi sebagaimana magnetisasi transversal pada bidang x-y. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa magnetisasi transversal akan segera menyusut dalam waktu yang singkat dan sinyal MR akan segera berhenti juga. Setelah sinyal 90o, magnetisasi longitudinal akan kembali ke keadaan semula (keadaan setimbang), seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Proses tersebut disebut relaksasi.
Proses tersebut melibatkan sejumlah energi yang dipindahkan oleh proton yang tereksitasi, yang merupakan sifat dari suatu jaringan. Ada dua buah waktu relaksasi di dalam sistem MR, yaitu T1 dan T2, yang saling bebas satu sama lain dan merupakan sifat intrinsik dari setiap jaringan yang berbeda. Di dalam MRI, mekanisme utama dalam menentukan kontras pada sebuah citra adalah perbedaan dari waktu T1 dan T2 tersebut.
Magnetisasi longitudinal dan transversal
Magnetisasi transversal Mxy akan menyusut dengan lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan untuk pulihnya magnetisasi longitudinal Mz, dimana proses tersebut berlangsung secara eksponensial.
Suatu waktu tertentu (T1) dibutuhkan untuk memulihkan magnetisasi longitudinal dan magnetisasi transversal menyusut dalam waktu yang lebih cepat (T2).
Ada suatu analogi yang menarik untuk menjelaskan T1 dan T2, yaitu analogi jatuhnya kotak.
ANALOGI JATUHNYA KOTAK
Jika ada sebuah pesawat yang menjatuhkan sebuah kotak dari suatu ketinggian tertentu, maka kotak tersebut akan jatuh ke tanah dengan kecepatan yang meningkat karena gaya gravitasi. Pada kotak tersebut ada dua buah komponen yang bekerja, yaitu gaya gravitasi (sebagai T1) dan energi kinetik (dalam arah terbang, sebagai T2). Pergerakan kotak merupakan superposisi dari dua gerakan, kotak jatuh ke tanah tapi masih memiliki arah yang sama dengan arah penerbangan.
Secara mudahnya, relaksasi merupakan suatu keadaan dari sistem yang kembali dari keadaan tidak setimbang kepada keadaannya yang setimbang. Saat mendekati kesetimbangannya, prosesnya akan melambat sampai mencapai keadaan saturasi (saat sistem semakin dekat ke keadaan setimbang, maka relaksasi akan semakin lemah).
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa saat magnetisasi longitudinal mulai pulih, magnetisasi transversal mulai menyusut, dimana proses magnetisasi transversal berjalan dengan lebih cepat (T2) daripada pemulihan magnetisasi longitudinal (T1).

Relaksasi Magnetisasi Longitudinal (T1)

Proses pemulihan magnetisasi longitudinal merupakan proses yang berifat eksponensial, yang dinamakan RELAKSASI LONGITUDINAL dan konstanta waktunya adalah T1.

Setelah T1, magnetisasi longitudinal Mz telah pulih sebesar 63 % dari nilai akhirnya dan setelah 5T1, maka proses tersebut sudah sempurna. Konstanta T1 tersebut berbeda-beda untuk setiap jaringan, sehingga bersifat tissue-specific.
Jenis jaringan dalam tubuh yang berbeda menunjukkan waktu relaksasi yang berbeda juga. Walaupun begitu, hal tersebut merupakan faktor utama untuk mendapatkan kontras dari citra yang diperoleh dengan sistem MR. Perbedaan tersebut terjadi karena energi RF yang terstimulasi akan menghilang kembali akibat interaksi dengan kisi-kisi (lattice).
Konstanta T1 beberapa jenis jaringan
Relaksasi spin-lattice
Proton-proton akan mengubah status spinnya pada saat beresonansi. Proton akan merasakan medan lokal secara kontinu dan fluktuasinya disebabkan oleh pergerakan molekular. Fluktuasi medan magnet ini seolah-olah dilapisi oleh medan eksternal. Efek terkuat yang dirasakan merupakan akibat dari fluktuasi medan magnet yang bersesuaian dengan frekuensi Larmor dan berosilasi secara transversal terhadap medan magnet utama. Perilaku proton tersebut seperti sinyal RF yang kecil dan menyebabkan pembalikkan spin.
Lingkungan tempat proton berada seringkali terdiri dari molekul yang besar (lemak) dan makro-molekul (protein). Proton Hidrogen yang berada di dalam molekul lemak yang bergerak relatif lambat (terletak dalam kisi yang tebal) sebagaimana proton yang membatasi protein merasakan fluktuasi medan lokal yang kuat, sehingga dengan cepat mengganti keadaan spinnya. Hal inilah yang menjelaskan konstanta T1 jaringan lemak yang relatif singkat.
Lain halnya jika berada di dalam cairan, dimana mobilitas molekularnya lebih cepat daripada fluktuasi medannya. Resonansi dengan medan magnet yang berosilasi jarang terjadi dan semakin lemah, sehingga proton tidak segera mengganti keadaan spinnya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa air murni dan CSF (cerebrospinal fluid) memiliki konstanta T1 yang besar (waktunya lebih lama).
Lingkungan dari suatu proton sering disebut sebagai kisi-kisi (lattice). Karena pasangan spin menghasilkan energi kepada kisi-kisi selama proses relaksasi longitudinal, maka proses T1 dinamakan juga dengan relaksasi spin-lattice. Proses ini terjadi setelah interferensi dari sinyal RF dan sesaat setelah proses pembentukkan kembali magnetisasi longitudinal (setelah pasien dimasukkan ke dalam medan magnet).
Karena jenis jaringan tubuh yang berbeda akan memberikan waktu relaksasi T1 yang berbeda juga, maka hal ini dapat digunakan untuk menyebabkan kontras pada citra MR, misalnya jaringan yang terkena penyakit akan menunjukkan konsentrasi air yang berbeda dengan daerah di sekitarnya (adanya perbedaan konstanta relaksasi).
Pada gambar di samping, terlihat bahwa dengan kontras T1, CSF akan terlihat sebagai bagian yang hitam pada citra sistem MR.
Perhatikan antara hitam yang dihasilkan oleh CSF, warna keabu-abuan sampai warna putih.
Citra TR yang panjang. Terlihat adanya kehilangan kontras pada komposisi warna hitam ,abu-abu, dan putih.
Penyusutan Magnetisasi Transversal (T2)
Setelah sinyal 90o, selanjutnya magnetisasi transversal yang berotasi akan menghasilkan sinyal MR. Sinyal ini (FID) akan menghilang dengan cepat. 
Segera setelah diberikan sinyal RF, spin berada dalam keadaan phase-coherent, dimana seolah-olah berperan sebagai magnet yang besar, yang berotasi dalam bidang x-y.

Saturday, October 12, 2013

Efek Radiasi Pada Manusia


 



Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja. Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur (panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan efek biologis yang merugikan.
Satuan dasar dari jaringan biologis adalah sel. Sel mempunyai inti sel yang merupakan pusat pengontrol sel. Sel terdiri dari 80% air dan 20% senyawa biologis kompleks. Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia, radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam sel.
DNA (deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan dirinya sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.

Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.
Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).
Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen manusia yang terkena dosis tersebut, dan kemungkinan satu persen akan meninggal dalam waktu satu atau dua bulan kemudian. Untuk dosis yang sama tetapi diberikan dalam rentang waktu satu bulan atau lebih, efek sindroma radiasi akut tersebut tidak terjadi.
Contoh lain, dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat yang sama.